TOKSISITAS AKUT NONILPHENOL PADA STADIA AWAL IKAN NILA, Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) DAN IKAN KOMET, Carassius auratus (Linnaeus, 1758)

TOKSISITAS AKUT NONILPHENOL PADA STADIA AWAL IKAN NILA, Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) DAN IKAN KOMET, Carassius auratus (Linnaeus, 1758)

Authors

  • Muhamad Yamin Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok
  • Eddy Supriyono Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB
  • Kukuh Nirmala Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB
  • Muhammad Zairin Jr. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB
  • Enang Haris Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB
  • Riani Rahmawati Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok

DOI:

https://doi.org/10.15578/jra.12.1.2017.77-84

Keywords:

nonilphenol, larva, ikan komet (C. auratus), ikan nila (O. niloticus), mortalitas, LC50, nonylphenol, comet goldfish (C. auratus), nile tilapia (O. niloticus), mortality

Abstract

Ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan komet (Carassius auratus) adalah komoditas ikan konsumsi dan ikan hias air tawar yang paling banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia. Namun keberadaan bahan pencemar seperti nonilphenol dapat mengancam produktivitas kegiatan budidaya ikan tersebut karena dapat menyebabkan gangguan perkembangan bahkan kematian khususnya pada tahap awal perkembangan ikan (early development stage). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toksisitas akut median lethal concentration (LC50) nonilphenol pada larva ikan nila dan ikan komet. Penelitian dilakukan di laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BPPBIH) Depok. Penelitian terdiri atas uji mencari nilai kisaran (range finding test/RFT) dan dilanjutkan dengan uji akut. Level konsentrasi nonilphenol diatur berdasarkan deret logaritmik di mana untuk RFT menggunakan konsentrasi 0,01; 0,10; dan 1,00 mg/L; sedangkan level konsentrasi nonilphenol untuk uji akut ditentukan dari hasil RFT. Hasil analisis probit menujukkan nilai LC50 nonilphenol pada jam ke-96 pada larva ikan nila dan ikan komet berturut-turut berada pada konsentrasi nonilphenol 0,33 dan 0.10 mg/L. Sementara kematian 100% (LC100) larva ikan nila dan ikan komet pada jam ke-96 masing-masing berada pada konsentrasi 0,61 dan 0,50 mg/L. Merujuk pada kriteria toksisitas bahan dari Komisi Pestisida Departemen Pertanian, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nonilphenol tergolong dalam bahan berbahaya dengan daya racun yang sangat tinggi.

Nile tilapia (Oreochromis niloticus) and comet goldfish (Carassius auratus) are the major fresh water fish commodities in Indonesia used for both consumption and ornamental fish. However, production of the fish threatened by the presence of nonylphenol which can interfere with early development stage. Research objectives were to evaluate acute toxicity of nonylphenol to larval of nile tilapia and comet goldfish and to compare median lethal concentration (LC50). Research was carried out in the RDIOF, Depok. Experiments consisted of range finding test/RFT and accute test. Nonylphenol concentrations of RFT were 0.01, 0.10, and 1.00 mg/L. The results showed that LC50-96 hours of tilapia and comet were 0.33 and 0.10 mg/L respectivelly. Total mortality (LC100-96 hours) for tilapia and comet were 0.61 and 0.50 mg/L respectivelly. These results of nonylphenol concentrations, according to toxic level criteria by The Department of Agriculture’s Pesticide Commission, is categorized as dangerous goods with very high level of toxicity.

Author Biography

Muhamad Yamin, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Downloads

Additional Files

Published

2017-05-30

How to Cite

Yamin, M., Supriyono, E., Nirmala, K., Jr., M. Z., Haris, E., & Rahmawati, R. (2017). TOKSISITAS AKUT NONILPHENOL PADA STADIA AWAL IKAN NILA, Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) DAN IKAN KOMET, Carassius auratus (Linnaeus, 1758). Jurnal Riset Akuakultur, 12(1), 77–84. https://doi.org/10.15578/jra.12.1.2017.77-84

Most read articles by the same author(s)

1 2 3 4 > >> 

Similar Articles

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 > >> 

You may also start an advanced similarity search for this article.

Loading...